Republik
Indonesia tidak lahir atas hadiah dengan karpet merah oleh Pemerintah Kerajaan
Belanda ataupun Sekutu. Tetapi berkat perjuangan rakyat Indonesia yang disertai
dengan pengorbanan jiwa, harta dan air mata.
Betapa hinanya mereka yang menodai
cita2 kemerdekaan bangsa Indonesia dengan korupsi, tindakan2 kekerasan dan
perpecahan yang bertentengan dengan UUD 45 dan Panca Sila.Dibawah
ini catatan sejarah selagi RI masih balita yang terus dilanda teror dan
serangan militer baik oleh Sekutu maupun Belanda yang tidak rela Indonesia
lepas dari genggamannya.
17 Agustus
1945 jam 10:00. Pembacaan Proklamasi oleh Bung Karno dijalan Pegangsaan
Timur 56, Jakarta.
18 Agustus
1945. Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia yang dibentuk pada 7 Agustus
1945, menetapkan bahwa:1. Mengesahkan UUD 45 sebagai UUD RI.. 2. Memilih Ir
Soekarno dan Drs Mohd. Hatta sebagai presiden dan wakil presiden. 3. Sebelum
MPR terbentuk, presiden sementara dibantu oleh Komite Nasional.
22 Agustus
1945, PPKI membentuk: 1. Komite Nasional 2. Partai Nasional Indonesia. 3.
Badan Keamanan Rakyat.
29 Agustus
1945, Pelantikan Komite Nasional Indonesia Pusat (KNIP) dengan ketua Mr
Kasman Singodimejo.
31 Agustus
1945, Pemerintah menetapkan pekik perjuangan yang mulai berlaku 1
Sepetember 1945 yaitu pekik: “Sekali Merdeka Tetap Merdeka”.
2 Sepetember
1945, Pelantikan Kabinet Pertama Republik Indonesia dan 8 orang Gubernur,
di jalan Peganggsaan Timur 56, Jakarta.
5 Sepetember
1945, Sultan Hamengkubuwono IX, menyatakan bahwa “Negeri Ngayogyakarta
Hadiningrat” yang bersifat kerajaan sebagai Daerah Istimewa dalam Negara
Republik Indonesia.
8 September
1945, Misi Sekutu yang pertama diterjunkan di lapangan terbang Kemayoran.
16 September
1945, Laksamana Muda WR Patterson, Wakil Panglima SEAC, mendarat di Tanjung
Priok.
10 September
1945, Pengumuman Panglima Bala Tentara Kerajaan Jepang di Djawa menyatakan
Pemerintahan akan diserahkan kepada Sekutu dan tidak kepada pihak Indonesia.
19 September
1945, Di Hotel Yamato, Tunjungan, Surabaya terjadi insiden bendera, Karena
beberapa orang Belanda menaikkan bendera merah putih biru di hotel tersebut
yang menimbulkan kemarahan rakyat Surabaya. Rakyat merebut dan merobek bagian
birunya menjadi hanya bendera Sang Saka Merah Putih tercinta.
19 September
1945, Rapat Raksasa di-Lapangan Ikada, Jakarta untuk menyambut Proklamasi
Kemerdekaan.
29 September
1945. Pendaratan Tentara Sekutu (AFNEI- Allied Forces Netherlands East
Indies) yang terdiri dari 3 divisi di Jakarta.
2 Oktober
1945, Markas Besar Tentara Jepang di Surabaya menyerah kepada rakyat.
5 Oktober
1945, Pembentukan Tentara Keamanan Rakyat (TKR).
7 Oktober
1945, Tentara Jepang di Yogyakarta menyerah.
15 Oktober
1945. Sekitar 30 km dari Semarang, 400 orang veteran AL Jepang dan 2000
orang dari batalion Jepang Kidobutai bersenjata lengkap memberontak dan
bertempuir dengan rakyat dan TKR selama 5 hari. Sekitar 2000 rakyat Indonesia
dan 100 orang Jepang tewas dalam pertempuran ini.
25 Oktober
1945. Pertemuan pertama Presiden Soekarno dengan pimpinan tentara Sekutu
yaitu Panglima AFNEI, Letnan Jenderal Sir Philip Christison .
28 Oktober
1945. Pos-pos tentara Sekutu di seluruh kota Surabaya, diserang oleh rakyat
Indonesia.
10 November
1945. Pertempuran Surabaya pecah. Gugur beribu-ribu pejuang Indonesia.
14 November
1945. Pembentukan Kabinet Kedua RI (Kabinet Syahrir).
17 November
1945. Pertemuan pertama antara RI, Belanda dan Sekutu.
21 November
1945. Pertempuran Ambarawa. TKR melawan Sekutu. Bantuan rakyat mengalir
dari Yogyakarta, Surakarta, Salatiga, Purwekerto, Magelang, Semarang dan lain
lain.
12 Desember
1945. Pasukan Indonesia berhasil menghalau tentara Inggeris dari Ambarawa dan
mereka mundur ke Semarang.
18 Desember
1945. Pengangkatan Kolonel Soedirman menjadi Jenderal Panglima Besar TKR.
19 Desember
1945. Daerah Karawang Bekasi digempur dari darat dan udara oleh tentara
Sekutu.
4 Januari
1946. Presiden dan Wakil Presiden Pindah Ke Yogya. Di akhir 1945 keamanan
kota Jakarta semakin memburuk. Tentara Belanda kian meraja lela. Pendaratan
pasukan marinir Belanda di Tanjung Priok pada 30 Desmber 1945 menambah
gentingnya keadaan. Karena situasi yang terus memburuk di Jakarta, presiden dan
wapres pindah ke Yogyakarta dan ibukota pindah ke Yogya. PM Syahrir sementara
tetap di Jakarta.
10 Februari
1946. Permulaan Perundingan- perundingan Indonesia – Belanda atas desakan
pihak Inggeris (Lord Killearn) pada Belanda.
23 Maret 1946.
Bandung Lautan Api. Kota Bandung Selatan dibakar oleh TRI setelah dengan berat
hati mematuhi perintah Pemerintah RI untuk mengosongkan kota ini karena
diultimatum oleh tentara Sekutu. Selain kota Bandung, di Jawa Barat terjadi
pertempuran-pertempuran antara TRI melawan Sekutu dan NICA (Netherland Indies
Civil Administration)
28 April 1946
Penyerahan Tawanan Jepang kepada Sekutu.
15 Juli 1946.
Konferensi Malino. Disebuah kota kecil di Sulawesi Selatan atas prakarsa Dr van
Mook, wakil Gubernur Jenderal Hindia Belanda.
20 September
1946. Perundingan Gencatan Senjata antara RI, Sekutu dan Belanda. Indonesia
Maj Jen Soedibyo, Kolonel Simbolon, Letkol Abdullah Kartawirana; Sekutu May Jen
JFR Forman dan Brig Jen Lauder; Belanda, May Jen DH Buurman van Vreeden. Perundingan
di Jakarta selama 10 hari hingga 30 September 1946, tetapi tidak membawa hasil
7 Oktober
1946. Perundingan Indonesia – Belanda. Perundingan antara delegasi
Indonesia dipimpin oleh PM Sutan Syahrir dan Belanda dipimpin oleh Prof.
Schermerhorn di kediaman Konsul Jenderal Inggeris di Jakarta.
10 November
1946. Perundingan Linggajati. Dekat Cirebon. Antara Pemerintah RI dengan
Komisi Umum Belanda dipimpin oleh Lord Killearn
29 November
1946. Pertempuran Margarana , sebelah Utara Tabanan Bali. Letnan Kolonel I
Gusti Ngurah Rai gugur bersama anak buahnya.
18 Desember
1946. Konferensi Denpasar. Berdirinya Negara Indonesia Timur bentukan Dr.
Van Mook.
1 Januari
1947. Pertempuran Lima Hari Lima Malam di Palembang.
5 Januari
1947. Pertempuran Laut di Teluk Cirebon. Tenggelamnya KRI Gajah Mada.
25 Maret 1947.
Penandatanganan Persetujuan Linggajati di Istana Rijswijk, sekarang Istana
Negara.
4 Mei 1947.
Proklamasi “Negara Pasundan” oleh Soeria Kartalegawa. Praktek politik memecah
belah oleh Belanda.
9 Mei 1947.
Pembentukan Dewan Federal Borneo Tenggara dan Daerah Istimewa Borneo Barat.
3 Juni 1947.
Penetapan Presiden berdirinya Tentara Nasional Indonesia.
21 Juli 1947.
Agresi Militer Belanda Pertama. (Dulu di Sekolah Rakyat tahun 50an diajarkan
bahwa ini adalah Aksi Polisionil Belanda, seolah-olah penertiban oleh
pemerintah Kerajaan Belanda pada pihak Indonesia yang mestinya sudah berdaulat
dan merdeka).
27 Oktober
1947. Komisi Tiga Negara (KTN). Australia, Belgia dan Amerika Serikat untuk
menengahi sengketa RI dan Belanda. Australia dipilih oleh Indonesia; Belgia
oleh Belanda; Belgia dan Australia memilih Amerika Serikat.
8 Desember
1947. Perundingan Renville. RI dan Belanda diatas kapal perang USS Renville
yang berlabuh diteluk Jakarta.
13 Januari
1948. Perundingan Kaliurang. Selama perundingan Renville, delegasi
Indonesia selalu berkonsultasi dengan pemerintah pusat di Yogyakarta. Untuk
membicarakan daerah kekuasaan RI, bertempat di Kaliurang diadakan perundingan
antara KTN dan Republik Indonesia.
17 Januari
1948. Penanda Tanganan Perjanjian Renville dan perintah penghentian tembak
menembak pada 19 Januari 1948.
23 Januari
1948. Pembentukan Negara Madura. Hasil politik memecah belah oleh Belanda.
16 Februari
1948. Konferensi pembentukan “Negara Jawa Barat” (Pasundan).
24 Maret 1948.
Pembentukan “Negara Sumatera Timur”.
29 Mei 1948.
Konferensi Federal Bandung.
18 September
1948. Pemberontakan PKI di Madiun.
16 November
1948. Pembentukan “Negara Jawa Timur”.
19 Desember
1948. Agresi Militer Belanda Kedua. Pukul 06:00 pagi, agresi militer kedua
dilancarkan Belanda. Dengan pasukan lintas udara, serangan langsung ditujukan
ke ibu kota RI, Yogyakarta. Lapangan terbang Maguwo dikuasai Belanda dan
selanjutnya seluruh kota Yogyakarta.
Presiden, Wapres, dan beberapa pejabat tinggi lainnya ditawan Belanda. Presiden Soekarno diterbangkan ke Prapat dan Wapres Hatta ke Bangka. Presiden Soekarno kemudian dipindahkan ke Bangka.
Mr Syafruddin Prawiranegara diserahi tugas membentuk Pemerintahan Darurat Republik Indonesia di Sumatera.
Presiden, Wapres, dan beberapa pejabat tinggi lainnya ditawan Belanda. Presiden Soekarno diterbangkan ke Prapat dan Wapres Hatta ke Bangka. Presiden Soekarno kemudian dipindahkan ke Bangka.
Mr Syafruddin Prawiranegara diserahi tugas membentuk Pemerintahan Darurat Republik Indonesia di Sumatera.
19 Desember
1948. Long March Divisi Siliwangi yang berada di Jawa Tengah, kembali ke
Jawa Barat.
24 Desember
1948. Long March Siliwangi diserang oleh tentara Belanda di Kebumen.
1 Maret 1949.
Serangan Umum terhadap kota Yogya yang dikuasai Belanda.
7 Mei 1949.
Persetujuan Roem Royen. Antara RI dipimpin oleh Mr Mohd Roem dan Belanda
dketuai oleh Dr. van Royen.
29 Juni 1949.
TNI masuk kota Yogya.
6 Juli 1949.
Presiden dan Wapres kembali ke Yogyakarta. Setelah Yogyakarta dikosongkan dari
tentara Belanda dan TNI sepenuhnya menguasai kota ini, maka Presiden Soekarno
dan Wakil Presiden Hatta kembali ke Yogyakarta dari Bangka.
10 Juli 1949.
Panglima Besar Soedirman kembali ke Yogyakarta.
13 Juli 1949.
Pemerintahan Darurat RI di Sumatera Mengembalikan Mandat kepada Pemerintah
Pusat di Yogyakarta.
19- 22 Juli
1949. Konferensi Inter – Indonesia di Yogyakarta.
23 Agustus
1949. Konferensi Meja Bundar di Den Hag, Belanda..
14 November
1949. di Solo diadakan serah terima kekuasan militer Belanda kepada Letkol Slamet
Rijadi selaku wakil TNI.
14 Desember
1949. Piagam Penandatanganan Konstitusi Republik Indonesia Serikat (RIS).
15 Desember
1949. Pemilihan Presiden RIS.
17 Desember
1949. Pelantikan Ir Soekarno sebagai Presiden RIS.
27 Desember
1949. Mr Asaat sebagai Ketua KNIP diangkat oleh Presiden RIS Ir Soekarno
sebagai Pemangku Jabatan Presiden Republik Indonesia.
27 Desember
1949. Upacara Penandatangan Naskah Pengakuan Kedaulatan dilakukan serentak
pada waktu yang bersamaan yaitu di Yogyakarta, Indonesia oleh Sultan Hamengkubuwono
IX dan Wakil Tinggi Pemerintah Kerajaan Belanda. Di Belanda, di ruang takhta
Kerajaan Belanda, Ratu Juliana, PM Dr Willem Drees, dan Ketua Delegasi
Indonesia Drs Mohd. Hatta.
28 Desember
1949. Presiden Soekarno kembali ke Jakarta.