Adalah merupakan hak dan kewajiban serta tanggungjawab setiap
warga Negara untuk berfikir bebas, menyatakan pendapat tanpa rasa
takut, memperjuangkan keadilan, kebenaran, dan kemanusian dimuka bumi
ini.
Tidak ada pantangan dan tekanan serta hambatan bagi setiap orang berpikir positif untuk bangsa dan negaranya.
Bangsa ini telah terbagi menjadi rakyat kecil dan rakyat besar Rakyat
kecil merupakan bagian “terbesar”, sedangkan rakyat besar merupakan
bagian “terkecil”.
Rakyat besar yang merupakan bagian
terkecil bangsa ini telah menikmati segala-galanya dari hasil pasca
kemerdekaan Indonesia antara lain dalam bentuk KKN penguasa-pengusaha
dan pengusaha-penguasa, Negara ini telah mereka robah menjadi
NEGARA-MAFIA-KKN.
Dalam masa kegelapan masa pasca
kemerdekaan Indonesia yang kembali bangsa berada dalam lilitan
penjajahan apa yang diperbuat oleh para waratsatul anbiya (Ulama dan
Kiayai)? Dan apa yang diperbuatnya dalam masa transisi pasca Orde Baru,
apa yang diperbuat oleh para cendikiawan muslim, para professor doctor
bidang ekonomi/hokum/social-politik dan kemasyarakatan, para pemimpin :
Muhammadiyah, Nahdlatul Ulama, Gereja Katholik, Gereja Kristen
Protestan ?.
Ditangan “mereka” yang tersebut diataslah
nasib bangsa ini terpetaruhkan, sadar maupun tidak sadar, mau atau
tidak mau, suka maupun tidak suka. Sejarah “menunjukannya” demikian,
terlepas hal ini mau disangkal atau tidak.
Yang sangat
menyedihkan adalah ternyata yang muncul sebagai pemimpin bangsa ini
adalah cukong dan/atau konglomerat karbitan sebagai mesin uang RRC.
Bangsa Apa Kita Ini ??
Berbarengan dengan itu beroperasi pula tangan-tangan kapitalis dalam
sosok IMF, World Bank, ADB, dan IGGI/CGI. Kemunculan percukongan dan
tangan-tangan kapitalis tersebut merupakan pelaksanaan lapangan dari
suatu PERANG STRATEGI antara RRC versus Amerika Serikat.
Remuklah bangsa ini dikerjain oleh dua raksasa itu.
Keremukan ini semakin menguat setelah keberhasilan “mereka” melancarkan
oprasi gergaji pembusukan dari dalam dengan operator-operator mereka
yang berhasil menguasai watak dan tingkah laku penguasa-penguasa
Triaspolitika beserta Tokoh-Tokoh Agama dan Masyarakat sehingga gerbang
pertahanan etika dan moral roboh tanpa pertahanan dimana Penguasa dan
Tokoh telah ditaklukan oleh Umara KKN atau Pejabat KKN maka mengalirlah
ayat fulus dikalangan generasi muda.
Dengan begitu telah
hancurlah benteng benteng PERTAHANAN MORAL dan mental bangsa, maka
merajalelalah percukongan, konglomerat karbitan peliharaan penguasa dan
tumbuhlah mental HIPOKRIT (Munafik) dan Jiwa OPORTUNIS di segala
lapisan masyarakat.
Virus hipokrisi dan opportunistis telah
“merasuki” jiwa bangsa, hal mana telah sampai mempengaruhi “pandangan
hidup” generasi muda.
Remuknya benteng pertahanan moral dan
mental bangsa ini meluncurkan kondisi Negara bangsa Indonesia berada
dalam situasi penjajahan yaitu Indonesia berada dipusaran perang
strategi dalam ancaman target Perang Moderen. Jadi bukan proses
DISENTEGRASI melaikan PENJAJAHAN dari hasil operasi intelijen dan
social politik serta penghancuran ekonomi, dari kekuatan-kekuatan 1 + 1
+ 1/2 +1/2 = AS + RRC + (Perancis + Jerman + Rusia) + (Inggris +
Belanda + Scandinavia + Australia).
Rumus 1 + 1 + 1/2 +1/2 Inilah problem bangsa Indonesia.
Bagaimana bisa mencapai kondisi (1 - 1) = (1/2 – 1/2)
atau kondisi (1 + 1/2) =(1 + 1/2) atau (1 – 1/2) = (1 – 1/2)
Untuk itu sungguh-sungguh dibutuhkan seorang PEMIMPIN BANGSA. Dan
justru hal inilah yang tidak ada sejak Soekarno-Hatta-Sjahrir- Tan
Malaka pergi. Menyedihkan, tetapi itulah kenyataannya. Sepeninggalan
empat pemimpin terebut Indonesia engalam situasi hampa kepemimpinan
bangsa.
Dan lebih menyedihkan lagi pada saat yang sama, bangsa
Indonesia mengalami HAMPA IDIOLOGI. Dua kehampaan ini sekaligus
datangnya, tetapi hanya sedikit anak bangsa ini yang sunggu-sungguh
menyadarinya. Bila datang prengisi kehampaan yang satu tanpa dibarengi
engan kehampaan yang satu lagi, itu berarti “pincang” bahwa bangsa ini
“olak-oleng” diterpa gelombang pukulan dari bangsa lain, dari system
kenegaraan lain, dari arus pemikiran opportunistis Internasional, dari
konsep-konsep pemikiran liar dan sebagainya.
Bangsa dan Negara ini membutuhkan “orang besar”
PEMIMPIN BANGSA dan IDIOLOGI BANGSA.
+ comments + 1 comments
BBm naik ga ngaruh kok, yg ngaruh tuh perusahaan besar yg haus BBM