Keadaan setelah dua bulan
berdirinya Republik Indonesia dapat kita gambarkan sebagai berikut. Harapan dan
keinginan untuk turut serta akan dapat mempertahankan kemerdekaan kita, umum
ada pada segala lapisan bangsa kita. Belum pernah ditahun-tahun yang lalu
gerakan kemerdekaan memuncak seperti sekarang. Terutama pada pemuda tampak,
bahwa segenap jiwanya dipasangkan pada perjuangan kemerdekaan kita. Akan tetapi
lambat laun rakyat banyak didesa dan dikota yang memperhebat perjuangan kita.
Rakyat jelata turut tergolak kedalam gerakan kemerdekaan, didorong oleh
kegelisahannya yang disebabkan oleh suasana masyarakatnya. Bagi rakyat jelata
nyata, bahwa semboyan "merdeka" itu tidak saja berarti Negara
Indonesia yang berdaulat pun tidak pula saja bendera merah putih baginya
berarti simbol persatuan dan cita-citanya bangsa dan negara, akan tetapi
terutama kemerdekaan dirinya sendiri dari sewenang-wenang, dari kelaparan dan
kesengsaraan, dan merah-putih baginya terutama simbol perjuangan itu, yaitu
perjuangan kerakyatan.
Ucapan-ucapan kegelisahan rakyat
yang kerapkali merupakan perbuatan-perbuatan yang kejam serta pelanggaran hak
milik dengan kekerasan, dapa dimengerti, jika dicari sebab-sebanya yang lebih
dalam. Selama tiga setengah tahunpenjajahan Jepang sendi-sendi masyarakat
didesa diobrak-abrik serta diruntuhkan dengan kerja paksa, dengan penculikan
orang desa dijadikan romusha jauh dari tempat tinggalnya, dijadikan serdadu,
dengan penyerahan hasil bumi dengan paksa, dengan penanaman hasil bumi dengan
paksa, dengan sewenang-wenang yang tiada batasnya. Demikian pula diantara
rakyat jelata dikota, ketidak pastian dalam kedudukannya, menyebabkan
kegelisahan. Beribu-ribu orang yang sebelum Jepang datang, mempunyai
pencaharian sebagai buruh, kehilangan mata pencahariannya. Berpuluh ribu
orang-orang desa melarikan dirinya kekota untuk meluputkan diri dari
sewenang-wenang serta kelaparan yang ada didesa. Berpuluh ribu pula orang
pelarian romusha, heiho dan kerja paksa lainnya menambah banyaknya jiwa dikota
yang tidak mempunyai pencaharian tertentu. Segala ini menyebabkan bahwa
kegelisahan didalam masyarakat dikota terus memuncak. Bahaya segala ini akan
meletus didalam pemberontakan dan kerusuhan terus bertambah besar untuk Jepang.
Setelah Jepang rubuh dan ia
bersedia untuk ditawan, sehingga kekuasaan pemerintahannya lemah, bahaya akan
meledaknya tenaga yang terhimpun didalam masyarakat itu, terus bertambah besar.
Untuk menghindarkan bahaya itu, macam-macam muslihat Jepang yang digunakannya;
antara lain diikhtiarkan untuk mengalirkan kegelisahan orang itu terhadap
golongan-golongan lain.
Kebencian yang tambah lama
tambah besar terhadap Jepang diputarkan oleh dengan agitasi dan propagandanya
terhadap bangsa kulit putih, orang Tionghoa, pangrehpraja dan selanjutnya tak
dapat kita mungkiri, bahwa propaganda dan agitasi Jepang itu banyak pengaruhnya
dan berhasil juga baginya. Selama tiga setengah tahun negeri kita dikuncinya
dari luar negeri, sehingga kita tidak mengetahui keadaan diluar dan ia leluasa
mejual dustanya yang menjadi dasar propagandanya. Tatkala kebencian rakyat kita
terhadap Jepang telah umum dan disana-sini timbul kerusuhan, digunakannya
perasaan kebangsaan kita untuk mendinginkan kepanasan terhadap dia.
Dibentuknya Angkatan Muda untuk
memperhebat agitasi kebangsaan, supaya dapat menghindarkan bahaya sosial yang
mengancamnya. Agitasi kebangsaan itu memang memuaskan untuk pemuda-pemuda serta
kaum terpelajar kita yang berada dalam kegelisahan dan kebimbangan. Pada
umumnya adalah gerakan rahasia Jepang seperti Naga Hitam, Kipas Hitam dan
lain-lain buatan kolone kelima Jepang, buatan Kempetai, Kaigun dan lain-lain
sangat menunjukkan kegiatannya terhadap pemuda-pemuda kita dan memang ada juga
yang dapat mempengaruhi jiwanya, meskipun pada lahirnya umum pemuda kita
membenci Jepang. Degan tidak sadar, biasanya jiwanya terpengaruh juga oleh
propaganda Jepang itu dan tingkah lakunya, hingga cara ia berfikir, adalh
kerapkali mencontoh-contoh Jepang. Kegiatan jiwanya, terutama terlihat sebagai
kebencian kepada bangsa-bangsa asing, yaitu sebenarnya yang ditujukan oleh
Jepang untuk dimusuhi, bangsa Sekutu, bangsa Belanda, bangsa Indo (bangsa kita
sendiri), Ambon Menado, kedua-duanya bangsa kita sendiri, Tionghoa,
pangrehpraja; maksudnya tak lain, seluruh dunia boleh dibenci asalkan jangan
membenci Jepang.
Demikian keadaan sebelum
pernyataan Indonesia Merdeka, demikian pula bahan-bahan untuk mendirikan
perumahan Indonesia Merdeka. Merdeka didirikan, rata-rata orang yang
mengemudikannya adalah bekas pegawai dan pembantu Jepang. Hal ini menjadi
halangan untuk membersihkan masyarakat kita dari penyakit Jepang yang berbahaya
untuk jiwa pemuda kita itu. Pendidikan politik yang diwaktu jaman jajahan
Belanda telah begitu tipis, didalam jaman Jepang sama sekali tidak ada, jiwa
pemuda dibentuk untuk dapat menerima perintah saja, untuk tunduk dan
mendewa-dewakan, seperti orang Jepang tunduk kepada Tenno dan
mendewa-dewakannya. Demikian pula hanya diajar tunduk pada pemimpin dan
mendewa-dewakannya, tidak diajar dan tidak cakap bertindak dengan bertanggung
jawab sendiri. Kesadaran revolusioner yang harus berdasar pada pengetahuan
kemasyarakatan, tipis benar. Oleh karena itu, kecakapannya untuk menyusun dan
mempergunakan kemungkinan yang ada dalam masyarakat, sangat kecil. Oleh karena
itu pula, maka senjata dan alat perjuangan yang seharusnya dapat dibentuk dari
tenaga yang terhimpun dalam masyarakat sebagai kebencian terhadap penindasan
dan pemerasan Jepang tidak terbentuk.
Segala kegelisahan yang ada
didalam masyarakat dijuruskan oleh pemuda-pemuda kita, pada kebencian terhadap
bangsa-bangsa asing yang hidup didalam negeri kita, pada berbaris-baris dengan
tombak yang sekarang menjalar menjadi pembunuhan dan perampokan serta rupa-rupa
kegiatan lain lagi, yang ditilik dengan kacamata peruangan kemasyarakatan tidak
berarti atau reaksioner, seperti tiap-tiap tindakan fasis itu selamanya
reaksioner.
Terlambat datangnya balatentara
Sekutu untuk menggantikan balatentara Jepang yang tidak berkemauan lagi untuk
memerintah, sebenarnya memberikan kesempatan yang baik bagi pemerintahan Negara
Republik Indonesia. Akan tetapi hal ini tiada tercapai seperti seharusnya.
Sebab yang pertama ialah bahwa
yang mengendalikan pemerintahan Negara Republik Indonesia bukan orang yang
berjiwa kuat. Kebanyakan dari mereka telah terlalu biasa membungkuk serta
berlari untuk Jepang atau Belanda; jiwanya bimbang dan nyata tidak sanggup
bertindak dan bertanggung jawab.
Sebab yang kedua adalah bahwa
banyak diantara mereka merasa berhutang budi kepada Jepang, yang mengkurniakan
persediaan Indonesia Merdeka pada mereka. Akhirnya dianggapnya, bahwa ia
menjadi pemerintah, ialah oleh karena bekerja bersama dengan Jepang.
Oleh karena itu maka sesudah
kekuasaan Jepag menjadi lemah dan kemudian runtuh, serta pula belum digantikan
oleh kekuasaan militer Sekutu, idak pula Negara Republik Indonesia dapat
medirikan kekuasaan bangsa kita sendiri sehingga berupa negeri dan bangsa yang
tak berpemerintah, sedangkan rakyat gelisah belum mendapat didikan dan belum
mempunyai pengetahuan tenatng menyelesaikan soal kemasyarakatannya berhubung
dengan pemerintahan. Maka timbullah kekacauan yang menjalar terus, didalam
keadaan begini agitasi kebangsaan berakibat rupa-rupa yang tiada dikehendaki
atau dikuasai oleh orang yang membuat agitasi. Pembunuhan bangsa asing serta
perampokan yang jika kita tilik keadaan rakyat dapat dimengerti, tidak urung
pula menyatakan kelemahan pemerintah Republik Indonesia yang belum dapat
merasakan dirinya sebagai pemerintah yang dipandang dan dihormati oleh
rakyatnya.
Pemuda-pemuda kita yang
berikhtiar mempergunakan kegelisahan rakyat itu, tiada pula mempunyai
syarat-syarat yang perlu untuk dapat memimpin rakyat dalam perjuangan yang
seharusnya dilakukan. Pemuda kita umumnya hanya mempunyai keckapan untuk
menjadi serdadu, yaitu berbaris, menerima perintah menyerang, menyerbu dan
berjibaku dan tidak pernah diajar memimpin.
Oleh karena ia tidak
berpengetahuan lain, cara ia megadakan propaganda dan agitasi pada rakyat
banyak itu seperti dilihatnya dan diajarkannya dari Jepang, aitu fasistis. Sangat
menyedihkan keadaan jiwa pemuda kita. Mereka terus didalam kebimbangan,
meskipun semangatnya meluap-luap, mereka belum mempunyai pengertian tentang
kemungkinan serta kedudukan perjuangan yang diperjuangkannya sehingga
pandangannya tak dapat jauh. Pegangannya banyak kali tidak lain dari semboyan
merdeka atau mati. Tiap kali kalau terasa, bahwa kemerdekaan belum pasti serta
ia belum pula menghadapi mati, mereka berada terus didalam kebimbangan.
Obat untuk kebimbangan itu
umumnya dicari dengan perbuatan yang terus-menerus, sehingga perbuatan
dijadikan madat untuk jiwa. Bagi bangsa kita, mabuk perbuatan pemuda-pemuda
ini, sebenarnya suatu keuntungan yang besar benar dan memang pula
peruatan-perbuatan merekalah yang menjadi pendorong keras bagi perjuangan kita
pada permulaannya, akan tetapi tentu pula perbuatan yang sebenarnya tiada
berpengertian ini, banyak pula salah tubruk, sehingga merusakkan dan merugikan
perjuangan kita. Dengan demikian umpamanya hasutan-hasutan dan
perbuatan-perbuatan terhadap bangsa-bangsa asing, ang melemahkan kedudukan
perjuangan kita didalam pandangan dunia internasional.
Terhadap cita-cita kita hendak
mendirikan negara kita sendiri, dunia luar mulanya menyatakan simpatinya. Boleh
dikatakan, bahwa pandangan umum dunia mula-mula memihak kita, terutama seluruh
kaum buruh didunia, akan tetapi dengan bertambah banyaknya kejadian yang
menunjukkan kekacauan diantara rakyat kita, yang sulit dapat dipahamkan sebagai
ucapan perjuangan kemerdekaan, seperti pembunuhan serta perampokan, perasaan
umum didunia terhadap perjuangan kita dapat berubah, seperti terbukti juga
diwaktu yang akhir ini.
Pada umumnya sekalian tanda
kekacauan dinegeri kita, hanya akan mengecewakan tidak saja kaum kapitalis akan
tetapi juga kaum buruh seluruh dunia. Kaum kapital kecewa akan kemungkinan
untuk modalnya yang diharapkan akan memberikan hasil jika keamanan sudah ada
dinegeri kita. Kaum buruh kecewa akan tanda-tanda kekejaman fasistis, yang
telah sangat terkenal didunia pada waktu ini, serta akan payah juga akan dapat
menelan pembunuhan-pembunuhan orang asing, apalagi pembunuhan dan kekejaman
terhadap orang Indo, Ambon dan Menado yang bangsa kita sendiri.
Sekalian ini hanya akan
dimengerti sebagai kementahan didalam perasaan kebangsaan yang sebenarnya musti
mengandung kesadaran politik kebangsaan pada pokoknya. Kebencian terhadap orang
Indo, Ambon dan Menado hanya dapat diartikan oleh luar negeri, bahwa kesadaran
diantara rakyat banyak terbukti masih sangat tipis atau belum ada sama sekali.
Selama penduduk daerah yang satu masih dapat diadu-dombakan dengan penduduk
daerah yang lain, memang sulit bagi dunia akan menerimanya sebagai bangsa baru
yang pantas dihormati.
Untuk itulah akan dikemukakan
dalam risalah ini beberapa kenyataan politik yang seharusnya dijadikan dasar di
dalam perhitungan kita, demi berhasilnya perjuangan kita terhadap luar dan juga
dalam negeri.
1. Kedudukan Indonesia Didunia Sekarang
Letak Indonesia dalam lingkungan
daerah pengaruh kapitalisme-imperialisme Inggris-Amerika. Nasib Indonesia
tergantung pada nasib kapitalisme-imperialisme Inggris-Amerika. Dalam waktu
lebih dari satu abad terakhir ini, kekuasaan Belanda atasnegeri dan bangsa ini
adalah buah dari pada perhitungan dan penetapan politikluar negeri Inggris.
Kita ketahui bahwasetelah dipermulaaan abad kesembilan belas Inggris merampas
dan mengembalikan Indonesia dari dan pada Belanda, sebenarnya Belanda berada
dinegeri kita ini tidak lagi atas kekuatan sendiri akan tetapiatas kurnia
Inggris serta bergantung semata-mata daripada politik Inggris. Politik Inggris
terhadap Asia Timur ini dapatdijalankannya lebih dari seabad lamanya, meskipun
tenaga dan keadaan baru timbul, seperti Rusia, Jepang, Amerika Serikat,
Revolusi Tiongkok, akan tetapitak urung pula kedudukannya berobah, terutama di
Tiongkok.
Perubahan yang besar terhadap
daerah kita terjadi dengan pengusiran kekuasaan Belanda dari Indonesia oleh
militer Jepang. Oleh karena Jepang kalah ia untuk sementara akan hilang dari
alam politik Asia Tenggara ini, akan tetapi sebaliknya boleh dikatakan segala
kedudukan Jepang itu akan jatuh ketangan Amerika Serikat yang sekarang telah
menjadi kekuaan Pasifik yang jauh dan terbesar. Terhadap politik Inggris yang
telah lebih dari seabad umurnya ia sekarang merasakan dirinya diseluruh Asia
dan juga dinegeri kita sebagai perubah dan pembaru keadaan. Jika Inggris tidak
dapat menyesuaikan dirinya dengan politik Amerika Serikat yang dikuasai oleh
hukum kehidupan kapitalismenya sendiri, nyata ia akhirnya akan kalah dengan
tenaga Amerik Serikat. Nyata bahwa kekuasaan Belanda hingga waktu ini hanya
suatu alat didalam percaturan politik Inggris. Nyata pula bahwa untuk politik
AmerikaSerikat kekuasaan Belanda atas negeri kita tidak sama dengan untuk
politik Inggris. Didalam kebenaran ini berada kemungkinan untuk kita mendapat
kedudukan baru yang cocok dengan kehendak politik kekuatan raksasa Pasifik
Amerika Serikat ini, akan tetapi juga batas kemungkinan bagi kita selama
susunan dunia berupa kapitalistis dan imperialistis sepertis ekarang. Selama
itu kita tetap akan berada didalam dan diliputi leh alam
imperialisme-kapitalisme Amerika-Inggris,dan bagaimana juga usaha kita, kita
sendiri tidak akan cukup tenaga untuk meruntuhkan alam itu, yang akan dapat
memberi kita kemerdekaan yang sepenuh-penuhnya. Oleh karena itu maka nasib
Indonesia, lebih dari daripada nasib bangsa-bangsa lain didunia tergantung pada
keadaan dan sejarah internasional dan lebih pula dari bangsa lain, bangsa kita
memerlukan berobahnya dasar-dasar pergaulan hidup kemanusiaan, yang akan
menghilangkan imperialisme dan kapitalisme didunia ini.
Selama ini belum terjadi, maka
perjuangan kebangsaan kita tidak akan dapat memuaskan sepenuh-penuhnya, serta
kemerdekaan yang kita dapat, jika kita peroleh sepenuhnya terhadap Belanda, pun
hanya berupa kemerdekaan seperti yang terlihat pada lain-lain negeri kecil,
yang dibawah pengaruh negeri kapitalis besar, yaitu berupa kemerdekaan nama
saja.
2. Revolusi Kerakyatan
Revolusi kita ini yang keluar
berupa revolusi nasional, jika dipandang dari dalam berupa revolusi kerakyatan.
Meskipun kita telah berpuluh tahun berada didalam lalu-lintas dunia modern,
meskipun masyarakat negeri kita telah sangat dirobah dan dipengaruhi olehnya,
akan tetapi diseluruh kehidupan rakyat kita terutama didesa, alam kehidupan
serta pikiran orang masih feodal. Penjajahan Belanda berpegang pada sisa-sisa
feodalisme itu untuk menahankemajuan sejarah bangsa kita. Begituumpamanya
pangrehpraja tak lain daripada alat yang dibuat oleh penjajah Belanda dari
warisan feodal masyarakat kita. Berupa-rupa aturan yang dilakukan atas rakyat
kita tak lain daripada lanjutan yang lebih teratur dari kebiasaan feodal,
demikian penghargaan yang begitu rendah terhadap diri orang desa, yang masih
dipandang setengah budak-belian, bukan saja dalam mata kaum ningrat kita, akan
tetapi juga didalam pandangan kaum penjajah Belanda.
Penjajahan Belanda itu mencari
kekuatannya dengan perkawinan ratio-modern dengan feodalisme Indonesia, menjadi
akhirnya contoh fasisme yang terutama yang terutama didunia ini. Fasisme
ditanah jajahan jauh mendahului fasisme Hitler ataaupun Mussolini. Sebelum
Hitler mengadakan consentratie kampBuchenwald atau Belzen, Boven-Digul sudah
lebih dahulu diadakan. Oleh karena itu maka pergerakan rakyat kitadari sejak
mula didalam menentang penjajahan asing sebenarnya menentangfeodal-bureaukratie
dan akhirnya autokratie dan fasisme jajahan Belanda, danoleh karena itu
pergerakan kerakyatan yang sejati. Tuntutan kedaulatan rakyat didalam
pergerakankita itu memang sebagai gambaran yang sebenarnya tentang persoalan bangsa
kita terhadap penjajahan asing yang autokratis dan fasistis itu. Rakyat didalam
perjuangan sebagai bangsa menuntut hak-hak kemanusiaannya, yang akan memberi
jaminan, bahwa ia tak akan diperlakukan lagi sebagai budak belian.
Oleh karena itu maka didalam
pandangan kita revolusi kita sekarang adalah revolusi nasional dan revolusi
kerakyatan yang bersangkutan dengan alam feodal dinegeri dan dimasyarakat kita,
terutama didesa. Akan tetapi tentu saja kita tak dapat menyamakan revolusi kita
ini dengan umpamanya revolusi Perancis. Kita berada didalam dunia yang telah
dapat mempergunakan atom, dengan tehnik dan susunan serta kepintaran yang sama
sekali tak dapat disamakan dengan dunia dan keadaan waktu jaman revolusi
Perancis. Masyarakat kita sendiri mengenal susunan trust dan kartel, telegrap,
radio, pabrik-pabrik dan perusahaan kapital besar seperti minyak dll, yang
menyatakan pada kita, bahwameskipun kita menetapkan bawa revolusi kita ini
revolusi kerakyatan,sekali-kali jangan keliru hingga hendak menyamakannya
dengan revolusi Perancis,didalam kedudukan dan kemungkinannya. Tatkala revolusi
Perancis belm ada kapitalisme dan imperialisme dunia, sepertiyang digambarkan
diatas, serta dunia belum pula menjadi satu didalam perhubungan ekonomi seperti
sekarang, dan pula susunan dan kedudukan masyarakat serta negeri Perancis
berbeda sama sekali dengan susunan dan kedudukanmasyarakat dan negeri kia
Indonesia sekarang.
Perancis serta revolusi Perancis
adalah perintis serta pembuka jalan untukdunia yang kapitalistis-imperialistis,
sedangkan revolusi kita ini sebenarnya harus dipandang revolusi yang akan turut
menutup sejarah kapitalis-imperialistis, sehingga perjuangan sosial yang telah
berlaku didunia sebagai akibat dari sistem kapitalis-imperialistis, yang
merupakan perjuangan kaum buruh, perjuangan kaum sosialistis dan segala
kemenangan-kemajuannya,seperti terdapat didunia pada waktu ini, tentu
membedakan benar kedudukanrevolusi kita dari revolsi Perancis yang hanya
demokratis-burgerlijk itu.
Jadi memang revolusi kita ini
tak dapat lain dari juga bercorak sosial. Bahwa didalam revolusi kita ini kaum
buruh berkedudukan yang pada pokoknya lain daripada kaum buruh dinegeriPerancis
dijaman revolusi Perancis, meskipun dalam mentaliteitnya terdapat beberapa
persamaan, yaitu tanda mudanya dan kekurangan kesadaran kelas.
Corak sosial revolusi kita ini menunjukkan pula kemungkinan sosial yang
adadidalam revolusi kita. Sebab segala faktor ini dinamis. Tetapi seperti telah
dikemukakan diatas segala-gala ini terutama bergantung pada keadaan serta
kemungkinan internasional, untuk negeri kita. Subjektif memang corak sosial
revolusi kita akan lebih jelas dan mendalam, akan tetapi objektif kemungkinan
berlanjutnya akan sama sekali tergantung daripada perubahan-perubahan yang akan
berlaku didunia. Batas-batasnya telah saya kemukan diatas.
3. Revolusi nasional
Keluar bentuk revolusiberupa
nasional, kedalam menurut hukum masyarakat demokratis dengan corak sosial. Jika
kurang memahamkan kebenaransehingga kedalam pun yang kita anjurkan hanya revolusi
nasional saja dengantidak ada atau kurang pengertian tentang kedudukan
demokrasi didalam pengobahanmasyarakat.
Bahaya sangat besar bahwa kita,
oleh karena tidak dapat mengukur musuh kita feodalisme, kita berkawan dengan
semangat feodalisme yang masih hidup menjadi nasionalisme yang mempunyai
semacam solidarisme, yaitu solidarisme-fodal (yang hierarchis) menjadi fasisme
alias musuh kemajuan dunia dan rakyat yang sebesar-besarnya. Ideologi yang
kelihatan seperti kacau sekarang kerapkali taampak sebagai semacam nasionalisme
atau nasional-komunisme ala Hitler atau Mussolini. Oleh karenaitu maka didalam
menyusun kekuatan masyarakat dalam revolusi nasional, kita tidak boleh lupa
mengadakanrevolusi-demokrasi, revolusi nasional hanya merupakan hasil dari revolusi-demorasi
kita. Bukannasionalisme harus nomor satu akan tetapi demokrasi, meskipun
kelihatannyalebih gampang kalau orang banyak dihasut membenci orang asing saja.
Memang benar bahwa cara demikian buatsementara berhasil (lihat saja sukses
Mussolini, Hitler, Franco, Chiang Kai Sek dll.), akan tetapi untuk kemajuan
masyarakat perbuatan demikian tetapreaksioner dan bertentangan dengan kemajuan
dunia dan perjuangan sosial seluruhdunia. Orang yang menganjurkannya tetap
musuh rakyat, meskipun sedikit waktu didewakan rakyat seperti Hitler
danMussolini.
4. Revolusi dan Pembersihan
Dengan penentuan alam perjuangan
kita seperti diatas, maka nyata bahwarevolusi kita ini harus dipimpin oleh
golongan demokratis yang revolusioner danbukan oleh golongan nasionalistis yang
pernah membudak kepada fasis-fasis lain,fasis kolonial Belanda atau fasis
militer Jepang.
Perjuangan demokrasi
revolusioner itu memulai dengan membersihkan diri darinoda-noda fasis Jepang,
mengngkung penglihatan orang-orang yang masih jiwanyaterpengaruh oleh
propaganda Jepang dan didikan Jepang. Orang-orang yang sudah menjual jiwa
dankehormatannya kepada fasis Jepang disingkirkan dari pimpinan revolusi
kita(orang-orang yang pernah bekerja didalam propaganda, polisi rahasia Jepang,umumnya
didalam usaha kolone kelima Jepang). Orang-orang ini harus dianggap sebagai
pengkhianat perjuangan danharus dibedakan dari kaum buruh biasa yang bekerja
hanya untuk sekedar memenuhikebutuhan hidupnya. Jadi sekalian kolaborasi
politik dengan fasis Jepangseperti yang disebutkan diatas harus dipandang
sebagai fasis sendiri atauperkakas dan kaki tangan fasis Jepang dan tentu sudah
berkianat pada perjuangandan revolusi rakyat.
Negara Republik Indonesia yang
kita jadikan alat dalam revolusi rakyat kitaharus kita jadikan alat perjuangan
demokratis, dibersihkan dari sisa-sisaJepang dan fasismenya.
5. Memperjuangkan Isi Kemerdekaan
Negara Republik Indonesia yang
kita perjuangkan sebagai alat di dalam revolusi kerakyatan kita mendapat harga
yang penuh, jika kita isi dengankerakyatan yang tulen. Bagi kita kemenangan
yang berarti itu ialah kemenangan yang berisi, bukan kemenangan namadan
kehormatan saja. Pedoman yangsebenarnya untuk perjuangan politik kita harus
ditujukan kepada isi itu. Perjuangan kebangsaan pada umumnya, tak luputdaripada
bahaya terlalu terpengaruh oleh nama dan rupa. Oleh karena itu kerap kali apa
yang dinamakankemenangan kebangsaan itu, terbukti kosong untuk rakyat banyak.
Jika kita hargakan Indonesia Merdeka kitadengan harga demokrasi tulen, maka
didalam perjuangan politik kita terhadapdunia, isinya itu yang dipertarungkan.
Negara Republik Indonesia hanya nama yang kita berikan pada isi yangkita
maksudkan dan kehendakkan itu.
6. Pembencian Bangsa Asing
Salah satu hal yang terpenting
didalam perjuangan kita adalah sikap dan politik kita terhadap
golongan-golongan yang agak mengasing diantara penduduk negeri kita, yaitu
orang-orang asing, orang peranakan, Eropa atau Asia, orang yang beragama
Kristen, orang Ambon, Menado dan sebagainya. Hingga sekarang kita belum
mempunyai sikap dan politik yang memuaskan terhadap semua golongan ini. Malah
dihari kemudian ini terjadi hal-hal yang terang salah dan merusakkan pada
perjuangan kerakyatan kita. Sifat membenci pada golongan dan bangsa asing itu,
memang suatu sifat yang tersembunyi dalam tiap-tiap gerakan kebangsaan,
terlebih pada golongan atau bangsa yang rupanya berkedudukan dengan privilese,
akan tetapi tiap gerakan kebangsaan yang memabukkan dirinya dengan nafsu
membenci bangsa-bangsa asing untuk mendapat kekuatan, niscaya pada akhirnya
pada akhirnya akan berhadapan dengan seluruh dunia dan kemanusiaan. Nafsu
kebangsaan yang pada mulanya dapat merupakan suatu kekuatan itu mesti tiba pada
satu jalan buntu dan akhirnya mencekik dirinya sendiri dalam suasana jibaku.
Kekuatan yang kita cari, adalah pada pengobaran perasaaan keadilan dan
kemanusiaan. Hanya semangat kebangsaan yang dipikul oleh perasaan keadilan dan
kemanusiaan dapat mengantar kita maju dalam sejarah dunia.
Sebab pada akhirnya semua kebangsaan
harus menemui ajalnya didalam suatu kemanusiaan yang meliputi seluruh dunia
menjadi satu bangsa yaitu bangsa manusia yang hidup didalam pergaulan yang
berdasarkan keadilan dan kebenaran, tidak lagi terbatas oleh perasaan-perasaan
sempit yang memecah manusia sesama manusia oleh karena kulitnya berlainan
warna, aau oleh karena turunan darahnya berlainan.
Pada habisnya perasaan-perasaan
sempit ini sebagai pendorong tindakan dan kelakuan kita, baru habis ikatan buta
kita pada sejarah kebiadaban kita. Bau kita dapat melihat terang perbedaan
antara cinta pada tanah air dan perasaan membenci orang asing atau membenci
golongan-golongan dalam negeri kita yang sebagai perbuatan sejarah terasing
atau mengasingkan diri oleh karena turunan darahnya, darah yang bodoh dan darah
yang biadab itu. Sikap kita terhadap sekalian ini harus berdasar penglihatan
kemasyarakatan, berdasar atas penyelidikan yang jujur dan perhitungan didalam
berbakti kepada cita-cita kemanusiaan dan keadilan sosial.
7. Kaum Buruh
Pada tingkatan kapitalisme ini
dimana kapital dunia mengalami konsentrasi yang lebih besar, terutama di New
York dan London, maka segenap produksi dunia yang kapitalistis lebih dahulu
dikuasai oleh satu atau dua pusat kapital, terutama Wallstreet. Sebagai akibat
peperagan ini maka boleh dikatakan seluruh dunia terikat hutang pada Wallstreet
itu. Hal ini membuat bahwa kedudukan dan kekuatan dunia itu menjadi
sungguh-sungguh internasional. Oleh karena itu maka pertahanan dan perjuangan
kaum buruh terhadapnya hanya akan dapat berhasil baik, jika disusun dengan
mengakui kenyataan ini. Susunan dan perjuangan kaum buruh pun harus berdasarkan
internasional.
Kaum buruh kita sekarang
menujukan perjuangan pada pertahanan Negara Indonesia Merdeka. Hal ini sudah
selayaknya, akan tetapi didalam itu perlu kita kemukakan kebenaran yang diatas,
oleh karena didalam perjuangan selanjutnya solidaritas kebangsaan kaum buruh
itu mesti dapat solidaritas kebangsaan kaum buruh itu mesti dapat meningkatkan
diri seukur dengan perjuangan kaum buruh didunia seluruhnya. Bagi kaum buruh
semangat kebangsaan yang melupa-luap itu dapat menjadi halangan untuk melihat
perjuangan internasionalnya dan penghargaan serta kesadaran tentang kedudukan
didalam masyarakat kapitalis, sehingga membawanya kejurusan yang salah dan
memundurkan dan melemahkan kedudukannya. Untuk menghindarkan bahaya, bahwa
didalam perjuangan kebangsaan ia melupakan dan melepaskan dasar-dasar
perjuangan sendiri, sehingga mudah tertipu dan diperkuda golongan masyarakat
yang lain, maka juga didalam peruangan kebangsaan kaum buruh harus tahu
memperjuangkan kedudukannya sebagai orang Indonesia dengan caranya sendiri,
yaitu didalam susunan buruh dengan alat-alat perjuangan kaum buruh. Semangat
yang perlu untuk dapat mengadakan perjuangan secara itu, ialah semangat
kelasnya dan solidaritas kelasnya yang tidak boleh dilemahkan oleh semangat
kebangsaan. Syarat-syarat untuk dapat menjernihkan kedudukannya itu, adalah
didalam peruangan politiknya kaum buruh menuntut segala hak kerakyatan yang
sepenuhnya, pun juga dari Negara Indonesia Merdeka sendiri, hak berbicara,
menulis, berkumpul, berapat, bermogok, kepastian pencaharian, keadaan
kesehatan, pelajaran untuk anak-anaknya, ketentuan gaji dan sebagainya.
Kesadaran dan pengertian kelas itu harus terus diperdalam dan diperkuat hingga
pada satu saat yang secepat-cepatnya dapat menjadi perasaan dan kesadaran kelas
internasional, sehingga mudah dapat rapat pada saat penggabungan perjuangan
kaum buruh kita dengan gabungan kaum buruh internasional.
Susunan serikat sekerja harus
disusun menurut ukuran modern, yaitu didalam jalur industri, pendidikan kaum
buruh harus sesuai dengan keperluan perjuangannya, yaitu setingkat pada
kesadaran dan pengertian perjuangan internasional untuk menyusun dunia yang
sosialistis.
Didalam berjuang untuk
kemerdekaan Indonesia kaum buruh sejalan harus berjuan untuk mendapatkan
kedudukannya sendiri yang terkuat, supaya sanggup menjadi pelopor didalam
peruangan menentang imperialisme di Indonesia ini dan memperkuat perjuangan
kaum buruh internasional terhadap kapitalisme dunia.
8. Kaum Tani
Bagi kaum tani kita perjuangan
kemerdekaan ini hanya akan berarti jika kerakyatan dirasakan olehnya. Jika
revolusi bangsa Indonesia yang sedang berlangsung sepenuhnya dapat dirasakan
sebagai revolusi kerakyatan bagi Pak Tani sehingga ia tak dapat diperlakukan
sewenang-wenang lagi oleh pemerintahan, sehingga ia dapat mengecap hasil
keringatnya sepenuhnya dan tidak diganggu dengan rupa-rupa aturan yang
dimaksudkan untuk menyenangkan orang yang memerintah. Revolusi kita harus
membeantas feodalisme dilar kota-kota yang berupa tuan tanah, aturan
pemerintahan feodal, pengerahan tenaga dan dan hasil orang tani secara feodal
seperti digunakan oleh penjajahan Belanda. Penduduk desa sudah sesak padat,
sehingga meskipun penghasilan tanah di Jawa dikerjakan dengan kekuatan yang
sepenuhnya, untuk memberi makan penduduknya masih tak mencukupi untuk
mempertinggi kehidupan rakyat kita umumnya.
Hal ini lebih hari lebih
mendesak. Selain dri ikhtiar untuk membagi penduduk Indonesia lebih rata pada
kepulauan Indonesia dengan interimigrasi, maka menilik bangun dan kedudukan
pulau Jawa tak dapat dihindarkan, bahwa jawab yang langsung pada soal penduduk
dan penghasilan di Jawa adalah industrialisasi. Jika kelebihan jiwa didesa dikurangkan
sehingga desa lapang untuk meninggikan kehidupan dengan jalan usaha bersama
(kooperasi), maka dengan industrialisasi yang diadakan menurut rencana dibawah
pimpinan pemerintah sebagian besar kelebihan jiwa didesa dapat menghadapi
kehidupan sebagai pekerja pabrik yang tetap bertambah baik dengan bertambahnya
kemakmuran Indonesia umumnya, terutama dengan dasar kehidupan pak tani yang
makmur. Pemerintahan didesa disehatkan dengan melaksanakan kerakyatan yang
sempurna dengan menggunakan kebiasaan lama juga, pemilihan, rapat desa, yang
diberi kekuasaan sepenuhnya dan ditambah kecerdasannya dengan mempertinggi
pelajaran dan pendidikan didesa. Mengadakan pimpinan didalam segala usaha desa,
memperbaharui dasar masyarakat kita, membawa rasionalisasi dan efisiensi, yang
akan merombak tradisi didesa, supaya dengan tidak menjalani kehidupan kota dan
pabrik, juga didesa timul modernisasi, elektrifikasi dan mesin pun dapat masuk
menolong manusia didesa mempertinggikan derajat kehidupan manusia. Sarekat Tani
yang harus didirikan harus menjadi perintis didalam mencocokkan semangat kaum
tani pada tempo yang kita kehendaki itu. Persatuan tani memudahkan tidak saja
urusan ini secara teratur dan besar-besaran, akan tetapi juga memudahkan
persatuan dan perhubungannya dengan persatuan kaum buruh.
9. Pemuda
Soal yang kelihatan besar pada
waktu ini adalah soal pemuda. Tak dapat dipungkiri, bahwa kelihatannya
kebanguan kebangsaan yang kita alami ini, seolah-olah digugat oleh
pemuda-pemuda kita. Seolah-olah mereka yang menentukan tempo perjuangan kita.
Seolah-olah revolusi yang kita alami sekarang ini, bermula pada semangat dan
kekerasan hati pemuda, jadi didorong oleh cita-cita semata-mata. Ini semua
sepintas lalu. Akan tetapi jelaslah dari apa yang diuraikan diatas, bahwa kemungkinan
meluapnya semangat pemuda itu dan kemungkinan disambutnya oleh masyarakat itu,
adalah terletak pada keadaan masyarakat sendiri. Bagaimana keadaan itu telah
digambarkan dengan singkat diatas, akan tetapi nyata pula bahwa kaum pemuda,
terutama yang terpelajar yang sekarang berkobar-kobar dengan semangat
kebangsaan tak akan dapat menjalankan terus kewajibannya sebagai perintis, jika
semangat kebangsaannya itu tidak diisi dengan semangat kerakyatan dan semangat
kemasyarakatan. Jika tidak, ia akan menemui jalan buntu yang dihadapi tiap-tiap
semangat kebangsaan. Ia akan menemui saat, ia tidak akan dituruti lagi oleh
rakyat ataupun ia akan ditentang. Dan ia akan mengalami bahwa bukan serdadu
yang akan memenangi revolusi kita ini, akan tetapi rakyat banyak, kaum buruh
dan kaum tani bersama-sama dengan kaum terpelajar , kaum muda. Saat kaum muda
ini meluaskan pandangannya kepada dasar-dasar masyarakat telah tiba, dan pada
itu ia harus mengerti, bahwa tenaga perjuangan tidak terpusat diantara angkatan
muda, akan tetapi pada rakyat banyak, terutama pada kaum buruh yang tersusun
serta mempunyai kesadaran yang tajam, pengertian tentang perjuangan buruh
didunia umum. Jika pemuda-pemudi kita mengerti hal ini, ia tahu bahwa
kedudukannya ada sebagai pahlawan kaum buruh dan kaum tani.
Nyata bahwa anggapan, yang
angkatan muda harus memimpin perjuangan kemerdekaan kita, suatu kekeliruan yang
akan dapat merusak perjuangan kita. Yang harus memimpin revolusi kita ini tidak
lain daripada pusat kekuatan politiknya, merupakan partai kerakyatan yang
revolusioner, pada larasnya angkatan muda hanya dapat menjadi lasykar perintis
dari partai yang memimpin perjuangan. Keliru pula sama sekali orang yang
mengirakan bahwa pemuda yang tergabung didalam ikatan balatentara, yaitu
barisan dan pimpinan militer yang akan dapat memimpin revolusi kita. Kekeliruan
ini dapat dimengerti. Tahun-tahun yang kemudian ini kita terlalu merasakan
kekuasaan militer. Tak urung hal ini dan didikan militer yang diberikan pada
pemuda-pemuda serta rakyat kita umumnya, dapat menimbulkan kekeliruan ,
seolah-olah perjuangan kita ini perjuangan militer yang harus dipimpin orang
militer. Hanya pengertian tentang dasar kemasyarakatan perjuangan kita ini
dapat menghindarkan kekeliruan ini. Pemuda kita tak mungkin berpembawaan
fasistis atau feodal militeristis. Pengertian yang masih kurang benar didalam
segala-galanya hal terhadap soal ini diselenggarakan. Sedang pemuda berjuang
sekarang ini harus pengertiannya diisi dan penglihatannya dirobah supaya ia
jangan merendah menjadi binatang berkelahi saja, akan tetapi dapat menjadi
pemuda revolusioner yang menghadapi dunia baru, pemuda yang bercita-cita dan
mempunyai kesadaran serta pengertian yang jernih tentang duduk perjuangannya
untuk rakyat kita serta kemanusiaan umumnya.
10. Tentara
Meskipun demikian didalam
keadaan dunia yang sekarang ini, memang perlu kita mempertinggi kesanggupan
kita membela tanah air serta rakyat kita dengan susunan pertahanan yang
selengkapnya. Kita memerlukan balatentara yang teratur menurut ukuran jaman
sekarang. Pemuda kita seluruhnya harus dididik didalam kesanggupan itu. Oleh
karena itu bukan saja kita memerlukan balatentara yang tersusun dan bersenjata
modern, akan tetapi juga latihan militer segenap rakyat kita, terutama pemuda.
Selekas mungkin kita harus dapat mengadakan milisi untuk rakyat kita, pada mana
seluruh pemuda dari umur tertentu harus melalui latihan militer yang lamanya
tertentu. Oleh karena syarat-syarat serta alat-alat yang terbatas serta segala
syarat dan alat yang kurang dilengkapi. Terutama sekali tentunya harus diadakan
pendidikan. Si pendidik yaitu akademi darat dan laut. Dalam hal ini kekurangan
dalam negeri dapat dilengkapi dengan pertolongan dari luar negeri untuk
dijadikan guru dan instruktur. Untuk melengkapi alat pertahanan yang berupa
persenjataan pantas kita didalam keadaan kita sekarang, mengorbankan lain-lain
keperluan. Pembikinan dan pembelian senjata itu dimasukkan dalam hal terutama
didalam keadaan sekarang. Akan tetapi dengan pengakuan bahwa pengertian perkara
dengan secara militer ini, sekali-kali kita tidak boleh melupakan sekejap mata
perjuangan apa yang dikemukakan diatas, bahwa sekali-kali tak boleh kita keliru
didalam penghargaan hal militer ini didalam revolusi. Dalam perjuangan kita
yang berupa dan memakai alat Negara Indonesia, kita terpaksa harus mengadakan
alat perjuangan kenegaraan yaitu balatentara. Itu tak boleh berarti bahwa kita
menjadi abdi kenegaraan atau kemiliteran, alias fasis dan militeristis.
Batas-batasi hal ini, dengan
semangat revolusi kerakyatan kita harus ditajamkan sehingga jangan kita
membunuh semangat serta revolusi kita, oleh karena kita sesat pada militerisme
dan fasisme.