Oleh : Buya Syafii Ma'arif
Saya tidak tahu mengapa Jenderal Sepuh angkatan Jenderal Rudini ini
selalu saja mengontak saya, apakah itu untuk seminar atau saat ia
mendapat buku dan informasi baru yang berkaitan dengan karakter
manusia. Sebagai orang yang lebih muda dalam usia sekalipun sudah
kepala tujuh, saya benar-benar merasa sangat diperhatikan oleh jenderal
yang satu ini.
Perhatian itu tidak ada pertautannya dengan urusan duniawi, tetapi
sepenuhnya menyangkut dunia ide: jati diri dan karakter bangsa.
Jenderal Sepuh ini jika berjalan sudah pakai tongkat dan bahkan tidak
jarang dipapah, tetapi ia adalah di antara sedikit elite Indonesia yang
telah menghabiskan sebagian besar usianya untuk memikirkan bagaimana
memulihkan jati diri dan karakter bangsa yang semakin tidak jelas saja.
Mungkin karena kimia perasaan dan gelombang pemikirannya sebangun
dengan apa yang sering saya lontarkan tentang hari depan bangsa ini,
maka Jenderal Sepuh ini sudah sejak sekitar tiga tahun ini membangun
komunikasi intensif dengan saya.
Tentu saya merasa mendapat kehormatan dan berterima kasih
kepadanya. Saya banyak punya teman jenderal, tetapi yang satu ini
sangat impresif. Bukan karena perawakan fisiknya yang masih gagah dan
tinggi, tetapi karena ekspresi cintanya kepada bangsa ini teramat
tajam, dalam, dan tulus, sesuatu yang saya kagumi.
Jenderal Sepuh ini tidak pernah lelah meneriakkan kepada kita semua
agar jati diri dan karakter bangsa yang semakin kabur dan melemah
jangan dibiarkan terus meluncur. Kita harus awas membaca iklim kultur
yang serba kumuh ini, sebenarnya adalah pertanda SOS bagi bangsa ini
secara keseluruhan.
Carut-marut politik dan sengketa para elite yang tak kunjung usai
adalah bagian dari karakter bangsa yang sedang tenggelam proses
pembusukan oleh kelakuan anak-anaknya sendiri yang larut dalam filosofi
mumpungisme. Sahabat kita sang jenderal ini amat sangat prihatin, lalu
bertanya: mengapa begini?
Untuk menjawab pertanyaan sulit ini, Jenderal Sepuh terus merenung,
berpikir, menulis, dan berbuat, akhirnya ketemu jawaban: yang rusak
adalah jati diri dan karakter bangsa. Jika pengamatan ini benar, dan
saya cenderung untuk setuju, maka penyakit kita sudah terlalu serius
dan kronis untuk dapat disembuhkan dalam tempo singkat. Karena itu
Jenderal Sepuh sudah mengontak Depdiknas dan Depag untuk bergerak
secara strategis, dan pasti akan memakan waktu lama, untuk berupaya
mengobatinya melalui jalur pendidikan dan pencerahan.
Ini artinya Jenderal Sepuh sudah angkat tangan dengan kelakuan anak
bangsa yang sedang menjadi pemain di panggung politik, ekonomi, dan
bahkan di panggung agama dan budaya sejak beberapa dasawarsa terakhir
ini. Hampir semuanya tenggelam dalam budaya hura-hura atau kebanggaan
semu sambil berebut tulang dalam menggerogoti harta negara tanpa rasa
malu. Dalam makalah yang baru saja saya terima dari Jenderal Sepuh,
inilah filosofi tentang karakter yang menjadi acuannya:
When wealth is lost, nothing is lost
When health is lost, something is lost
When character is lost, everything is lost
Saya terjemahkan:
Manakala kekayaan yang hilang, tak satu pun yang hilang; manakala
kesehatan yang hilang, ada sesuatu yang hilang; tetapi manakala
karakter yang hilang, semuanya menjadi musnah. Jenderal Sepuh merasa
sangat risau jika Indonesia terjerembab ke dalam bait ketiga itu.
Kalau begitu apa sebenarnya jati diri dan karakter itu? Jenderal
Sepuh meringkasnya dalam ungkapan: "Jati diri adalah potensi yang
merupakan perpaduan dari cipta, karsa, dan rasa yang mengacu kepada
fitrah manusia, cahaya Tuhan, dan sifat-sifat dasar yang murni dari
Tuhan." Sedangkan karakter adalah: "Nilai-nilai yang terpatri dalam
diri kita melalui pendidikan, pengalaman, percobaan, pengorbanan, dan
pengaruh lingkungan, menjadi nilai intrinsik yang melandasi sikap dan
prilaku kita." Lalu dilanjutkan bahwa "Jati diri adalah terberi
(given)", sedangkan "Jati diri bangsa adalah pilihan (choice)".
Tentu pada akhirnya pembaca akan bertanya, siapa gerangan Jenderal
Sepuh itu? Dia adalah Jenderal H. Soemarno Soedarsono, Ketua Umum
Yayasan Jati Diri Bangsa, sahabat saya sejak beberapa tahun belakangan.
Saya masih akan menulis tentang topik ini pada saatnya nanti, karena
Jenderal Sepuh juga telah mengirimi saya fotokopi sebuah buku menarik
tentang karakter manusia yang baru selintas saya baca.
Sumber :
Home »
» Jenderal Sepuh dan Jati Diri Bangsa